Pemantapan kemampuan profesional
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah
salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
Pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Gracia (199:
186) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: Pembelajaran
kooperatif adalah strategi belajar aktif, kelas tampak seperti mesin
belajar dan siswa; termasuk aktivitas belajar mereka sebagai bahan bakar yang
menggerakkan mesin; siswa dikelompokkan oleh guru dalam empat sampai lima
anggota dam satu tim; siswa-siswi tersebut hetrogen dalam kemampuan dan jenis
kelamin; mereka tercampur antara kelas sosial, ras, etnik, dan agama. Siswa
dalam tim memberikan hasil pekerjaan masing-masing siswa dalam tim mempelajari
apa yang ditugaskan oleh guru sebagai hasil kerja mereka.
Tujuan pembelajaran kooperatif
Tujuan
pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di
mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan
tujuan dari Pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya
(Slavin, 1995).
Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
- Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994).
- Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
- Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
- Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
- Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
- Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
- Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
- Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Karakteristik Pembelajaran
Kooperatif
Tiga konsep
sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana
dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban
individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1. Penghargaan kelompok
Pembejaran
kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk mperoleh penghargaan
kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas
kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal
yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan
kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok
yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu
juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas
lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3. Kesempatan yang sama untuk
mencapai keberhasilan
Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.
Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi
rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya
Elemen-elemen pembelajaran
kooperatif
Sedangkan
elemen-elemen pendukung dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Positive Interdependence
(Saling Ketergantungan yang Positif)
Siswa harus
mempunyai persepsi bahwa mereka harus bekerjasama untuk mencapai tujuan
kelompok. Tujuan kelompok di dapatkan jika semua anggota kelompok sudah
mencapai tujuannya. Dalam satu kelompok, bisa saja terdapat siswa yang tingkat
pemahamannya lebih tinggi atau lebih rendah. Oleh sebab itu antar anggota
kelompok harus saling membantu dalam memahami konsep, diskusi, menjelaskan
bagaimana cara menyelesaikan tugas, dan sebagainya. Anggota kelompok harus
memastikan bahwa semua anggota kelompok telah memahami materi dengan baik.
2. Face to Face Interaction
(Interaksi Berhadap-hadapan)
Interaksi
semacam ini terjadi ketika siswa menjelaskan suatu materi kepada siswa yang
lain, ketika berdiskusi atau ketika mengajarkan suatu pengetahuan kepada
seluruh anggota kelas.
3. Individual Accoutability
(Pertanggungjawaban Individu)
Semua
anggota kelompok harus mempunyai kemampuan menanggapi suatu masalah dan
mengembangkan ide-ide untuk keberhasilan kelompok. Individual accoutability
dapat dilihat saat diadakan penilaian masing-masing siswa dan hasilnya
dikembalikan ke kelompok. Anggota kelompok harus tau siapa yang membutuhkan
bimbingan lebih dalam menyelesaikan tugas. Penting pula diketahui bahwa setiap
siswa tidak bisa selamanya tergantung pada kelompok. Setiap siswa harus
bertanggungjawab atas penugasan materi atas mereka sendiri. Dengan demikian,
mereka juga berusaha memahami betul materi-materi yang ditugaskan. Cara yang
umum untuk membentuk tanggungjawab individu adalah dengan memberikan tes secara
individual kepada masing-masing siswa menunjuk salah satu anggota kelompok
secara acak untuk mempresentasikan suatu materiii kepada teman-temannya.
4. Collaborative Skill
(Kemampuan Kerjasama)
Untuk bisa
bekerjasama dengan produktif, diperlukan unsur-unsur kepemimpinan, pengambilan
keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, dan manajemen konflik. Cooperative
learning tidak bisa berfungsi dengan efektif jika siswa tidak mempunyai dan
mengunakan unsur-unsur collaborative skill di atas. Beberapa siswa
mempunyai kekurangan dalam keterampilan sosial, dalam hal ini guru harus
menjelaskan dasar-dasar keterampilan sosial sebelum pelajaran dimulai.
5. Group Processing (Proses
Kelompok)
Siswa harus
mengevaluasi efektifitas kelompok mereka saat kerja kelompok. Kelompok perlu
mempertahankan keberhasilan dan mampu memperbaiki kekurangannya. Hal ini akan
menolong siswa untuk memecahkan masalah dan mengetahui petingnya keterampilan
kooperatif.
Langkah-langkah Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif juga harus didukung oleh langkah-langkah dan keterampilan yang
melengkapinya. Langkah utama dalam pembelajaran kooperatif menurut Arends
(dalam Karuru 2001) ada enam fase. Keenam fase pembelajaran kooperatif
dirangkum pada Tabel 2.1 berikut ini:
Fase
|
Tingkah
laku guru
|
Fase-1
Menyampaikan
tujuan dan motivasi
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase-2
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyampaikan informasi pada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
|
Fase-3
Mengorganisasikan
siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok
belajar dan membentu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
Fase-4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
|
Fase-5
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase-6
Memberikan
penghargaan
|
Guru mencari
cara menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok
|